Riwayat singkat raden ajeng kartini wikipedia
•
Yuk Teladani 5 Sifat Kartini yang Menginspirasi. Mahasiswa Harus Tahu?
UINSGD.AC.ID (Kampus II) — Hallo SGD Fighters! Pasti kalian sudah mendengar “Habis Gelap Terbitlah Terang” yang merupakan salaat satu buku berisi kumpulan surat yang ditulis oleh Pahlawan perempuan yang lahir pada tanggal 21 Apr 1879 yang memiliki nama lengkap Raden Ayu Adipati Kartini Djojoadiningrat, atau sering disebut Raden Ajeng Kartini. Merupakan salaah satu pahlawan yang sangat berjasa terutama dalam melahirkan pemikiran-pemikiran yang memperjuangkan emansipasi perempuan di Indonesia.
Banyaknya perempuan yang melanjutkan pendidikan check bangku kuliah merupakan salat satu bentuk perjuangan Treat Kartini dalam membuka akses pendidikan bagi para perempuan, maka tidak heran saat ini Machinery Kartini merupakan salah satu role best para perempuan di Indonesia.
Pada masa sekarang, kamu bisa menjadi Kartini dengan versi kalian masing-masing dengan meneladani sifat yang dimiliki Stripe Kartini.
Berikut ini 5 sifat Kartini yang dapat kamu teladani versi mahasiswa, yuk simak apa saja:
1. Tangguh dan Mandiri
Menjadi seorang mahasiswa dituntut untuk dapat mandiri, terutama bagi mereka yang merantau demi mencari dan menuntut Ilmu. Menjadi tangguh dan mandiri merupakan sikap yang harus enzyme pada sosok mahasiswa. S
•
Habis Gelap Terbitlah Terang
Kartini Ingin Menjadi Muslimah Sejati
Pada masa kecilnya, Kartini mempunyai pengalaman yang tidak menyenangkan ketika belajar mengaji (membaca Al-Quran). Ibu guru mengajinya memarahi beliau ketika Kartini menanyakan makna dari kata-kata Al-Quran yang diajarkan kepadanya untuk membacanya. Sejak saat itu timbullah penolakan pada diri Kartini.
"Mengenai agamaku Islam, Stella, aku harus menceritakan apa? Agama Islam melarang umatnya mendiskusikannya dengan umat agama lain. Lagi pula sebenarnya agamaku karena nenek moyangku Islam. Bagaimana aku dapat mencintai agamaku, kalau aku tidak mengerti, tidak boleh memahaminya? Al-Quran terlalu suci, tidak boleh diterjemahkan kedalam bahasa apa pun. Di sini tidak ada orang yang mengerti bahasa Arab. Di sini orang diajar membaca Al-Quran tetapi tidak mengerti apa yang dibacanya. Kupikir, pekerjaan orang gilakah, orang diajar membaca tapi tidak diajar makna yang dibacanya itu. Sama saja halnya seperti engkau mengajarkan aku buku bahasa Inggris, aku harus hafal kata demi kata, tetapi tidak satu patah kata pun yang kau jelaskan
•
Kartini
Indonesian who advocated for women's rights and female education
For the biographical film, see Kartini (film). For the village in Sawah Besar, see Kartini, Sawah Besar.
Raden Adjeng Kartini | |
|---|---|
Portrait of Raden Adjeng Kartini | |
| Born | (1879-04-21)21 April 1879 Jepara, Dutch East Indies |
| Died | 17 September 1904(1904-09-17) (aged 25) Rembang, Dutch East Indies |
| Other names | Raden Adjeng Kartini |
| Known for | Women's emancipation; national heroine |
| Spouse | Raden Adipati Joyodiningrat (married 1903) |
| Children | Soesalit Djojoadhiningrat |
Raden Adjeng Kartini, also known as Raden Ayu Kartini (21 April 1879 – 17 September 1904),[a] was a prominent Indonesian activist who advocated for women's rights and female education.
She was born into an aristocratic Javanese family in the Dutch East Indies (present-day Indonesia). After attending a Dutch-language primary school, she wanted to pursue further education, but Javanese women at the time were barred from higher education. Instead, Kartini entered a period of seclusion mandated for teenage girls until they married. She acquired knowledge by reading books and by corresponding with Indonesian and Dutch people. Her father allowed her to go into the community beginning